wikiGo News Bisnis – Harga minyak dunia mulai menyentuh kembali harga di level tertinggi setelah 13 bulan terakhir. Menurut Bloomberg, harga minyak WTI (West Texas Intermediate) sudah sempat berada di angka US$ 60,28/ barel dalam perdagangan Rabu tanggal 17 februari jam 16.50 Wib. Maka dengan ini penguatannya mencapai 0,38% sehari. Di samping itu, harga minyak Brent Crude (ICE) menguat hingga ke level US$ 63,76/ barel, yang artinya mengalami penguatan sebesar 0,65% sejak harga penutupan hari sebelumnya. Dengan ini maka mulai awal tahun 2021 tercatat minyak WTI sudah mengalami penguatan harga sebesar 23,96%, sedangkan minyak ICE mengalami penguatan harga sebesar 23,04%.
Faktor fundamental
Naik turunnya harga minyak dunia memiliki faktor fundamental dann non fundamentalnya sendiri.
- Faktor fundamental
Faktor fundamental minyak meliputi:
- Permintaan minyak . Tahun 2020 secara umum harga minyak melemah sebagai akibat pembatasan mobilitas di berbagai negara dunia. Ketika perekonomian melemah, saat yang sama harga minyak cenderung turun. Kemudian menguat di awal tahun 2021 yang menandai geliat perekonomian dunia setelah terpuruk.
- Pasokan minyak. Negara OPEC adalah pemasok minyak dunia sehingga jumlah pasokan minyak berdasarkan pada mereka. Saat pasokan mengalami pembatasaan, maka harga akan cenderung naik. Selain negara OPEC, suplai juga berasal dari negara non OPEC dengan jumlah yang kecil. Jika suplai dari negara non OPEC semakin banyak maka harga minyak turun.
- Stok minyak dunia. Stok minyak dunia merupakan stok yang berada di negara penyuplai dan negara konsumen. Jika stok minyak stabil maka haargaa pun akan cenderung stabil.
- Kapasitas Cadangan Produksi. Negara OPEC bertanggungjawab terhadap poin ini. Kapasitas cadangan produksi pada negara OPEC berkaitan juga dengan kemampuaan kilang minyak mereka.
- Faktor non Fundamental.
Faktor non fundamental yang turut berpengaruh terhadap minyak dunia umumnya meliputi kebijakan pemerintah, kondisi geopolitik, cuaca dan bencana aalam, kerusakan kilang minyak, dan pemogokan. Awal tahun 2021, kenaikan harga minyak memiliki faktor fundamental yang terjadi sebagai akibat dari cuaca ekstrim di negara bagian Texas yang merupakan pemasok minyak.
Faktor penyebab harga minyak naik tahun 2021
Kenaikan harga minyak yang terjadi awal tahun 2021 sebelumnya Bank Dunia sudah memprediksi pada penutupan tahun 2020 lalu. Bahkan prediksinya harga minyak akan terus naik hingga tahun 2022 mendatang.
Bank Dunia menyatakan mereka memperkirakan harga minyak naik hinggga ke angka US$ 44/ barel di tahun 2021 ini dan pada tahun 20222 nanti akan naik lagi ke angka US$ 50/ barel. Sementara proyeksi pada tahun 2020 adalah sebesar US$ 41/ barel.
Penguatan harga minyak tahun ini lebih merupakan akibat dari faktor non fundamental yang meliputi:
- Pemangkasan produksi selama pandemi covid.
Tahun 2020 setelah harga minyak menurun, terjadi pemangkasan produksi. Permintaan dunia menurun sesuai perekonomian yang tidak stabil karena covid-19. Memasuki akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021 mesin perekonomian mulai memanas kembali di berbagai negara dunia sehingga permintaaan minyak naik sehingga harga minyak pun turut naik.
- Proses vaksinasi.
Hingga saat ini sudahbanyak negara yang menjalani proses vaksinasi covid – 19. Ini mendorong penguatan ekonomi meskipun tidak terlalu signifikan, tetapi cukup untuk membuat permintaan minyak naik dan harga pun ikut naik. Oleh karrena itu, sesuai perkiraan Bank Dunia, sepanjang tahun 2021 harga minyak akan naik terus seiring dengan proses vaksinasi yang akan melonggarkan pembatasan mobilitas dalam skala besar.
- Cuaca ekstrim di Texas.
Texas sebagai salah satu negara pemasok minyak tengah mengalami cuaca ekstrim musim dingin parah pada tahun ini. Hal ini mempengaruhi aktivitas pasokan minyak dari negara ini sehingga kebutuhan akan minyak terus naik. Berkurangnya satu negara pemasok minyak, berpengaruh besar terhadap stok minyak di pasar dunia dan sesuai hukum pasar maka harga akan.
Naiknya harga minyak akan berimbas pada kenaikan harga produk-produk di seluruh negara. Tetapi, bila melihat kenyataan bahwa harga minyak sempat turun pada tahun 2020, maka kenaikan di awal tahun ini mengindikasikan perekonomian dunia bakal menuju pemulihan.