wikiGo News Bisnis – Apa kabar kartu kredit di tengah geliatnya sistem layanan digital Pay Later yang merebut pasar secara online? Setelah P2P Lending berhasil sebagai platform pinjaman online yang memudahkan konsumen, layanan Pay Later dari berbagai bisnis digital mulai memaksa pengguna kartu kredit berpikir ulang. Beralihnya paradigma pembelanjaan masyarakat turut mempercepat pertumbuhan Pay Later.
Apa itu Pay Later?
Secara sederhana, layanan Pay Later merupakan sistem pinjaman dana bagi konsumen pada platform online yang memungkinkan konsumen untuk ‘beIi dulu bayar nanti’. Layanan ini secara tidak langsung menalangi biaya konsumsi pelanggan untuk jangka waktu tertentu, bisa sebulan bahkan 6 bulan.
Banyak platform bisnis digital saat ini mengintegrasikan layanan Pay Later ke dalamnya. Sebagai contoh adalah e-commerce, e-wallet, transportasi online dan beberapa perusahaan rintisan lainnya. Ke depannya, bukan tidak mungkin fintech dan bahkan perbankan bisa melirik sistem ini masuk ke dalam bidang bisnisnya.
Pay Later sedikit banyak memiliki perbedaan dengan sistem pinjaman online yang datang dari fintech. Jika fintech melalui P2P Lending meminjamkan kepada pelanggan berupa uang tunai, maka Pay Later tidak. Sistem ini hanya fokus dalam memfasilitasi konsumsi pelanggan. Artinya, Pay Later memberi kesempatan kepada penggunanya untuk berhutang barang/jasa di dalam platform yang terintegrasi dengannya.
Cara kerja Pay Later sebagai pihak yang menalangi pembayaran konsumen untuk jangka waktu tertentu, sangat identik dengan sistem pada kartu kredit. Tetapi, karena kedua hal ini berbeda platformnya, maka bisa dibilang Pay Later mulai lebih banyak dilirik oleh pengguna yang berbasis digital.
Apakah Pay Later akan menggeser kartu Kredit?
Jika dibandingkan dengan kartu kredit yang ditawarkan oleh perbankan, Pay Later hadir dengan banyak kemudahan dan keunggulannya.
- Lebih praktis. Pay Later memberikan layanan yang serba praktis kepada penggunanya. Mulai dari pendaftaran hingga pemakaian. Berbeda dengan penerbitan kartu kredit yang mempersyaratkan ketentuan-ketentuan yang mengikat pelanggan, Pay Later nyaris lebih longgar dari itu. Dalam penggunaannya, Pay Later hanya perlu menggunakan layanan internet dan platform digital yang terintegrasi.
- Tenor lebih variatif. Layanan Pay Later memberikan sistem cicilan yang lebih bervariasi dengan pembungaan yang rendah. Tenor cicilan bisa mulai dari sebulan hingga setahun.
- Memiliki fitur-fitur tambahan yang menarik. Pay Later memberikan diskon-diskon belanja kepada penggunanya.
- Memberikan limit yang relatif lebih rendah. Dengan cara ini, Pay Later secara tidak langsung memberikan batasan belanja kepada penggunannya. Hal ini ternyata sangat positif, pengguna melihatnya sebagai citra yang baik karena tidak menggerus ‘dompet’ pelanggan.
Meskipun memiliki kesamaan dalam fungsi utamanya, antara Pay Later dan Kartu kredit terdapat perbedaan mencolok. Perbedaan tersebut menyangkut kecepatan serta kepraktisan. Pada era digital konsumen membutuhkan kecepatan dalam bertransaksi. Hal ini menjadi keunggulan Pay Later. Tanpa memakan waktu yang terlalu lama, seorang pelanggan bisa langsung menggunakannya dari rumah.
Selain cepat dan praktis, Pay Later yang terintegrasi dengan e-commerce sangat memudahkan konsumen. Dengan cara ini, pengguna akan langsung menggunakan pembelanjaan dan transaksi dalam 1 aplikasi.
Sisi positif dan negatif
Seperti halnya kartu kredit, layanan Pay Later akan membuat pemborosan jika penggunanya tidak memiliki sistem keuangan yang bagus. Kemudahan dan sisi praktisnya di lain pihak justru akan melayani sifat konsumtif masyarakat. Ketika menggunakan fitur ini, banyaak orang akan terdorong untuk membelanjakan produk-produk komplementer yang kebutuhannya tidak terlalu penting. Dalam jangka panjang, Pay Later akan memperburuk pengaturan keuangan seseorang apabila tidak memiliki kontrol dalam penggunaannya.
Sebaliknya, jika pemakaiannya tepat guna maka Pay Later merupakan langka cerdas dalam pemenuhan kebutuahn. Ketimbang menggunakan layanan pinjaman uang tunai, Pay Later memiliki bunga yang relatif kecil dengan limit pinjaman yang rendah. Bunga yang kecil artinya Pay Later tidak menerapkan besaran pembungaan yang melebihi bunga bank. Kemudian, dengan adanya pembatasan limit, pengguna yang paham hanya akan menggunakannya ketika ada kebutuhan yang memang harus terpenuhi.
Baik-buruknya layanan Pay Later akan kembali kepada pola kosumsi pengguna. Bagaimana pun juga, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi maka layanan ini tidak terhindarkan.